Senin, 29 Desember 2025

Pengamatan Perilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan di Lingkungan Minimarket

Pendahuluan

Perilaku konsumsi sehari-hari sering kali dianggap sebagai aktivitas sederhana yang tidak memiliki dampak besar terhadap lingkungan. Namun, jika diamati secara lebih kritis, pola konsumsi masyarakat justru menjadi salah satu kontributor utama terhadap permasalahan lingkungan seperti peningkatan volume sampah, pemborosan sumber daya, dan emisi karbon. Oleh karena itu, pengamatan langsung terhadap perilaku konsumsi menjadi penting untuk memahami bentuk nyata dari konsumsi tidak berkelanjutan yang masih sering terjadi.

Observasi ini dilakukan di sebuah minimarket yang ramai dikunjungi masyarakat, khususnya pada sore hari. Minimarket dipilih karena merepresentasikan pola konsumsi modern yang mengutamakan kepraktisan, kecepatan, dan harga terjangkau, namun sering kali mengabaikan aspek keberlanjutan.


Metodologi Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama kurang lebih 45 menit pada jam sibuk sore hari. Metode yang digunakan adalah observasi langsung tanpa intervensi terhadap konsumen. Fokus pengamatan diarahkan pada jenis produk yang dibeli, cara konsumen berbelanja, serta potensi dampak lingkungan dari keputusan konsumsi tersebut.


Hasil Pengamatan Perilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan

Berikut adalah hasil pengamatan terhadap lima perilaku konsumsi tidak berkelanjutan yang paling sering ditemukan di lokasi tersebut:

NoPerilaku Konsumsi Tidak BerkelanjutanFrekuensi KejadianDampak Negatif Utama
1Membeli air mineral kemasan botol kecil untuk konsumsi sekali pakaiSangat seringPenumpukan sampah plastik sekali pakai
2Pembelian makanan siap saji dengan kemasan plastik dan styrofoam berlapisSangat seringSampah non-daur ulang dan pencemaran lingkungan
3Penggunaan kantong plastik meskipun membeli barang dalam jumlah sangat sedikitSeringPemborosan plastik dan peningkatan limbah
4Pembelian produk sachet (kopi, saus, minuman instan) dalam jumlah banyakSeringLimbah kemasan multilayer yang sulit didaur ulang
5Pembelian makanan atau minuman berlebihan yang berpotensi tidak habis dikonsumsiSeringPemborosan makanan (food waste)


Analisis Penyebab Perilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan

Dari kelima temuan tersebut, terdapat tiga perilaku yang paling dominan dan berulang, yaitu pembelian air minum kemasan sekali pakai, penggunaan kantong plastik berlebihan, dan konsumsi makanan siap saji berkemasan plastik.

Penyebab utama dari perilaku ini adalah faktor kepraktisan dan kemudahan akses. Air minum kemasan tersedia hampir di setiap sudut minimarket dengan harga yang relatif murah, sehingga konsumen jarang mempertimbangkan alternatif seperti membawa botol minum sendiri. Selain itu, minimarket umumnya belum menyediakan fasilitas air minum isi ulang yang mudah diakses.

Faktor kedua adalah kebiasaan dan rendahnya kesadaran lingkungan. Banyak konsumen secara otomatis menerima kantong plastik tanpa mempertanyakan kebutuhan sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi plastik sekali pakai telah menjadi perilaku yang ternormalisasi dalam aktivitas belanja sehari-hari.

Faktor ketiga adalah sistem penjualan dan desain produk. Produk makanan siap saji dan sachet dirancang untuk konsumsi cepat dengan kemasan praktis, namun tidak ramah lingkungan. Konsumen jarang memiliki pilihan alternatif yang lebih berkelanjutan di dalam minimarket, sehingga terjebak dalam sistem konsumsi yang tidak berkelanjutan secara struktural.


Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan

Perilaku konsumsi tidak berkelanjutan ini secara langsung berkontribusi terhadap peningkatan volume sampah plastik, khususnya sampah yang sulit didaur ulang. Selain itu, pemborosan makanan juga berdampak pada pemborosan sumber daya alam seperti air, energi, dan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dan distribusi pangan. Jika pola ini terus berlanjut, maka tekanan terhadap sistem pengelolaan sampah dan lingkungan akan semakin meningkat.


Saran Solusi dan Rekomendasi

Untuk mengurangi praktik konsumsi tidak berkelanjutan di minimarket, terdapat beberapa solusi praktis yang dapat diterapkan:

Pertama, penyediaan fasilitas alternatif berkelanjutan, seperti stasiun isi ulang air minum atau insentif bagi konsumen yang membawa botol dan tas belanja sendiri. Langkah ini dapat mengurangi ketergantungan pada kemasan sekali pakai.

Kedua, edukasi dan nudging perilaku konsumen melalui poster, label lingkungan, atau pesan singkat di area kasir yang mengingatkan dampak penggunaan plastik dan pemborosan makanan. Pendekatan ini relatif murah namun efektif dalam membentuk kesadaran.

Ketiga, perubahan kebijakan dari pengelola minimarket, seperti pembatasan pemberian kantong plastik gratis dan pengembangan produk dengan kemasan ramah lingkungan. Kebijakan ini dapat mendorong perubahan perilaku secara sistemik, bukan hanya bergantung pada kesadaran individu.


Kesimpulan

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa konsumsi tidak berkelanjutan masih menjadi praktik yang sangat umum di minimarket, terutama yang berkaitan dengan penggunaan plastik sekali pakai dan pemborosan makanan. Perilaku ini tidak hanya disebabkan oleh pilihan individu, tetapi juga dipengaruhi oleh sistem distribusi, desain produk, dan minimnya alternatif berkelanjutan. Oleh karena itu, solusi yang efektif harus melibatkan kolaborasi antara konsumen, pengelola minimarket, dan pembuat kebijakan agar pola konsumsi yang lebih berkelanjutan dapat terwujud.


Daftar Pustaka

Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50(2), 179–211.

Geissdoerfer, M., Savaget, P., Bocken, N. M. P., & Hultink, E. J. (2017). The circular economy – A new sustainability paradigm? Journal of Cleaner Production, 143, 757–768.

Jackson, T. (2005). Motivating sustainable consumption: A review of evidence on consumer behaviour and behavioural change. Sustainable Development Research Network.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. (2021). Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN).

United Nations Environment Programme (UNEP). (2015). Sustainable Consumption and Production: A Handbook for Policymakers.

World Bank. (2018). What a Waste 2.0: A Global Snapshot of Solid Waste Management to 2050.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengamatan Perilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan di Lingkungan Minimarket

Pendahuluan Perilaku konsumsi sehari-hari sering kali dianggap sebagai aktivitas sederhana yang tidak memiliki dampak besar terhadap lingku...