Sabtu, 08 November 2025

♻️ Analisis Siklus Hidup Sedotan Plastik: Pendekatan Life Cycle Thinking (LCT)

 

📘 Narasi Analisis

1. Alasan Pemilihan Produk dan Relevansinya

Sedotan plastik merupakan salah satu simbol paling kuat dari budaya konsumsi sekali pakai (single-use culture). Produk ini terlihat sepele, tetapi penggunaannya sangat masif. Menurut data Ocean Conservancy (2021), lebih dari 8,3 miliar sedotan plastik ditemukan di pantai dunia. Di Indonesia sendiri, diperkirakan terdapat 93 juta sedotan plastik yang digunakan setiap hari, terutama di sektor kuliner dan ritel (Data Greeneration Foundation, 2020). Jumlah ini menunjukkan bahwa dampaknya terhadap lingkungan tidak bisa dianggap remeh.

2. Batas Sistem dan Asumsi

Dalam pendekatan Life Cycle Thinking, batas sistem mencakup lima tahap utama: ekstraksi bahan baku, produksi, distribusi, konsumsi, dan akhir masa pakai. Asumsi utama dalam analisis ini adalah:

  • Bahan baku utama: polipropilena (PP) dari minyak bumi.

  • Energi produksi: 2,5 MJ per 1.000 sedotan (estimasi global).

  • Transportasi: jarak distribusi rata-rata 100–300 km.

  • Penggunaan: satu kali sebelum dibuang.

  • Akhir masa pakai: 99% berakhir di TPA, 1% daur ulang atau terbakar.

3. Analisis Dampak Lingkungan per Tahap

  • Ekstraksi bahan baku:
    Proses penambangan dan pemurnian minyak bumi menghasilkan emisi karbon tinggi dan konsumsi air besar. Sekitar 1,8 kg CO₂eq dihasilkan untuk setiap 1 kg polipropilena yang diproduksi.

  • Produksi:
    Tahap ini memerlukan energi termal dan listrik untuk peleburan plastik, pencetakan, dan pengepakan. Limbah cair dan gas dari pabrik juga berpotensi mencemari udara dan air.

  • Distribusi:
    Walaupun sedotan ringan, volume besar menyebabkan penggunaan bahan bakar signifikan dalam transportasi. Emisi tambahan berasal dari proses logistik dan rantai pasok global yang panjang.

  • Konsumsi:
    Durasi penggunaan yang sangat singkat (hanya beberapa menit) membuat rasio “energi produksi vs waktu pakai” sangat tidak efisien.

  • Pengelolaan limbah:
    Sedotan sulit dikumpulkan dan tidak ekonomis untuk didaur ulang karena ukurannya kecil. Mayoritas berakhir di laut, menjadi mikroplastik yang membahayakan biota laut. Penelitian LIPI (2020) menyebutkan bahwa ±0,27 juta ton plastik dari Indonesia berpotensi mencemari laut setiap tahun, sebagian berasal dari limbah sekali pakai seperti sedotan.

4. Refleksi dan Rekomendasi Desain Ulang

Dari perspektif Life Cycle Thinking, sedotan plastik adalah contoh nyata produk dengan siklus hidup yang sangat pendek tetapi dampak lingkungan yang panjang. Upaya desain ulang dapat diarahkan pada:

  • Menggantikan bahan baku dengan bioplastik berbasis pati jagung atau tebu.

  • Mendorong transisi ke sedotan multi-use (stainless, bambu, kaca).

  • Mengurangi konsumsi melalui kampanye “no straw movement” di sektor kuliner.

Sebagai konsumen, perubahan sederhana seperti menolak sedotan saat membeli minuman sudah merupakan langkah kecil namun berarti dalam mengurangi tekanan lingkungan dari rantai siklus hidup produk ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penerapan Awal Life Cycle Assessment (LCA) Berdasarkan ISO 14040 & ISO 14044

Produk: Air Mineral dalam Botol Plastik (PET) 1. Tujuan Studi (Goal) Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai potensi dampak lingkungan...