Sabtu, 08 November 2025

🧻 “Tisu: Si Kecil yang Diam-Diam Bikin Bumi Berdarah”

Pernah nggak sih lo mikir, benda yang paling sering lo pakai tapi paling jarang lo sadarin dampaknya? Yup, tisu. Dari lap ingus sampe bersihin tumpahan kopi, benda ini kayaknya nggak berdosa sama sekali. Tapi ternyata, di balik kelembutannya, tisu punya jejak lingkungan yang cukup nyeremin.

🧻 Identifikasi Produk

  • Nama produk: Tisu wajah dan tisu dapur

  • Fungsi utama: Membersihkan, menyerap cairan

  • Perkiraan masa pakai: Sekali pakai (beberapa detik aja sebelum dibuang)

🔁 Fase Siklus Hidup Tisu

  1. Ekstraksi bahan baku
    Tisu berasal dari pulp kayu — yang berarti butuh pohon. Di Indonesia, industri pulp dan kertas masih jadi penyumbang deforestasi besar. Antara 2017–2022, tingkat deforestasi yang disebabkan sektor ini naik lima kali lipat.
    Bahkan, produksi pulp di sini nyumbang rata-rata 103,4 juta ton CO₂eq per tahun. Bayangin aja, semua itu demi selembar tisu yang lo pakai cuma beberapa detik.

  2. Proses produksi
    Di tahap ini, air jadi kebutuhan utama. Salah satu pabrik di Bogor, PT Aspex Kumbong, pakai sekitar 12,3 ton air buat bikin satu ton tisu, dan mereka targetin supaya bisa turun ke 11 ton/ton di 2024.
    Kedengarannya sedikit? Nggak juga. Kalau dikali total produksi nasional, itu udah kayak jutaan liter air cuma buat sesuatu yang ujung-ujungnya dibuang.

  3. Distribusi dan transportasi
    Dari pabrik ke supermarket, truk-truk ngangkut ribuan ton tisu setiap hari. Bensin kebakar, emisi naik, dan semua itu cuma buat jaga stok tisu di rak-rak toko.

  4. Penggunaan oleh konsumen
    Tahap paling singkat. Sekali usap, buang. Tapi justru di sinilah letak masalahnya: penggunaannya masif dan cepat banget.

  5. Akhir masa pakai / limbah
    Setelah dipakai, tisu nggak bisa didaur ulang (karena udah kena air, minyak, atau kotoran). Akhirnya jadi bagian dari sampah kertas nasional yang nyumbang sekitar 10,7% dari total limbah di Indonesia.

🌍 Dampak Lingkungan

  • Konsumsi energi tinggi di pabrik pemrosesan.

  • Emisi gas rumah kaca dari deforestasi dan transportasi.

  • Penggunaan air besar buat setiap ton produksi.

  • Limbah padat meningkat, karena tisu nggak bisa didaur ulang.

  • Potensi reuse? Hampir nggak ada — beda sama handuk kain atau serbet.

💭 Refleksi Pribadi

Yang paling mind-blowing buat gue adalah fakta bahwa hal sekecil tisu bisa berkontribusi segede itu terhadap kerusakan lingkungan. Selama ini gue kira masalah besar itu ya di pabrik semen, plastik, atau mobil listrik. Ternyata, tisu — si lembut tak berdosa — punya peran besar juga.

Solusinya? Desain ulang tisu bisa jadi kuncinya. Misal, pakai bahan daur ulang, serat bambu, atau kemasan ramah lingkungan. Tapi yang paling penting sebenernya dari kita sendiri. Gue mulai mikir buat ngurangin pemakaian tisu, ganti ke serbet kain, atau minimal make tisu sampai benar-benar habis satu lembar.

Kadang perubahan besar justru dimulai dari hal sekecil selembar tisu. Karena kalau jutaan orang mulai sadar, efeknya bakal jauh lebih gede dari yang kita bayangin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penerapan Awal Life Cycle Assessment (LCA) Berdasarkan ISO 14040 & ISO 14044

Produk: Air Mineral dalam Botol Plastik (PET) 1. Tujuan Studi (Goal) Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai potensi dampak lingkungan...